Rabu, 06 Juni 2012

istilah bundo kanduang di minang

Posted by Unknown 02.36, under | No comments

” bundo kanduang limpapeh rumah nan gadang. Amban puruak pegangan kunci. Amban puruak aluang bunian. Pusek jalo kumpulan tali. Hiasan dalam nagari “.

Demikian indah perumpamaan peran seorang bundo, yang mengandung anak keturunannya dalam suatu pertalian darah yang berlanjut secara turun temurun dari garis per-ibuan, yang digambarkan dalam suatu bahasa kalbu, yang dikenal dengan sebutan petatah petitih minang kabau.

Seorang bundo bertanggung jawab dalam keluarga karena ia tiang penyanggah rumah tangga (limpapeh). Ia mampu menyelesaikan persoalan rumah tangga (ambun puruak pegangan kunci – ambun puruak aluang bunian). Ia mampu menghimpun keluarga besarnya dalam arti luas – extended family- (pusek jalo kumpulan tali). Ia juga sebagai penjaga adat dan budaya dalam suatu peradaban manusia (sumarak dalam nagari).

Selasa, 05 Juni 2012

ADAT ISTIADAT MINANGKABAU

Posted by Unknown 07.04, under | No comments

Empat Jenis Adat di Minangkabau ( ADAT ISTIADAT MINANGKABAU )

1. Adat nan sabana Adat
2. Adat nan diadatkan oleh nenek moyang.

- Kedua jenis Adat pada 1 dan 2 hukumnya babuhua mati (tidak boleh dirobah-robah walau dengan musyawarah mufakat sekalipun ).

3. Adat teradat.
4. Adat Istiadat.

-Kedua jenis Adat pada 3 dan 4 hukumnya babuhua sentak (boleh dirobah-robah asal dengan melalui musyawarah mufakat).

1. Adat nan sabana adat.
a. Adat nan sabana Adat, adalah ketentuan hukum, sifat yang terdapat pada alam benda, flora dan fauna, maupun manusia sebagai ciptaan-Nya (Sunatullah). Adat nan sabana Adat ini adalah sebagai SUMBER hukum Adat Minangkabau dalam menata masyarakat dalam segala hal. Dimana ketentuan alam tersebut adalah aksioma tidak bisa dibantah kebenarannya. Sebagai contoh dari benda Api dan Air, ketentuannya membakar dan membasahkan. Dia akan tetap abadi sampai hari kiamat dengan sifat tersebut, kecuali Allah sebagai sang penciptanya menentukan lain (merobahnya).

b. Alam sebagai ciptaan-Nya bagi nenek moyang orang Minangkabau yakni Datuak perpatiah nan sabatang dan datuak ketumanggungan diamati, dipelajari dan dipedomani dan dijadikan guru untuk mengambil iktibar seperti yang disebutkan dalam pepatah-petitih Adat :
Panakiak pisau sirawik, ambiak galah batang lintabuang,
silodang ambiakkan niru, nan satitiak jadikan lawik,
nan sakapa jadikan gunuang, Alam Takambang Jadi Guru.


2. Adat nan diadatkan oleh nenek-moyang.
a. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya diatas yakni dengan meneliti, mempedomani, mempelajari alam sekitarnya oleh nenek-moyang orang Minangkabau, maka disusunlah ketentuan-ketentuan alam dengan segala fenomena-fenomenanya menjadi pepatah-petitih, mamang, bidal, pantun dan gurindam Adat dengan mengambil perbandingan dari ketentuan alam tersebut, kemudian dijadikan menjadi kaidah-kaidah sosial untuk menyusun masyarakat dalam segala bidang seperti : ekonomi, sosial budaya, hukum, politik, keamanan, pertahanan dan sebagainya.

b. Karena pepatah-petitih tersebut dicontoh dari ketentuan alam sesuai dengan fenomenanya masing-masing, maka kaidah-kaidah tersebut sesuai dengan sumbernya tidak boleh dirobah-robah walau dengan musyawarah mufakat sekalipun. Justru kedua jenis Adat pada huruf a dan b karena tidak boleh dirobah-robah disebut dalam pepatah :

Adat nan tak lakang dek paneh, tak lapuak dek hujan,
dianjak tak layua, dibubuik tak mati,
dibasuah bahabih aia, dikikih bahabih basi.

Artinya adalah Kebenaran dari hukum alam tersebut . Selama Allah SWT, sebagai sang pencipta ketentuan alam tersebut tidak menentukaan lain, maka ketentuan alam tersebut tetap tak berobah.
contoh pepatah :


lawik barombak, gunuang bakabuik,
lurah baraia, api mambaka,
aia mambasahkan,batuang babuku,
karambia bamato, batuang tumbuah dibukunyo,
karambia tumbuah dimatonyo .


Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa Adat nan diadatkan nenek moyang adalah merupakan pokok-pokok hukum dalam mengatur masyarakat MinangKabau dalam segala hal, yang diadatkan semenjak dahulu sampai sekarang. Uraian secara agak mendasar kita kemukakan dalam halaman selanjutnya pada kaidah-kaidah dalam pepatah-petitih, mamang, bidal, pantun, dan gurindam Adan nantinya. Pepatah-petitih, mamang bidal, pantun dan gurindam Adat yang disusun dari ketentuan-ketentuan alam dengan dengan segala fenomenanya itu berguna untuk mengungkapkan segala segala sesuatu dalam pergaulan seperti : Menyuruh, melarang, membolehkan, ke-baikan, keburukan, akibat yang baik, akibat yang buruk, kebenaran, keadilan, kemakmuran, kerusuhan, kebersamaan, keterbukaan, persatuan dan kesatuan, bahaya yang menimpa, kesenangan, kekayaan, kemiskinan, kepemimpinan, kepedulian, rasa sosial, keluarga, masyarakat, moral dan akhlak, dan sebagainya.

3. Adat Teradat
a. Adat teradat adalah peraturan-peraturan yang dibuat oleh penghulu-penghulu Adat dalam suatu nagari, peraturan guna untuk melaksanakan pokok-pokok hukum yang telah dituangkan oleh nenek moyang (Dt. Perpatiah Nan Sabatang dan Dt. Ketumanggungan) dalam pepatah-petitih Adat. Bagaimana sebaiknya penetapan aturan-aturan pokok tersebut dalam kehidupan sehari-hari dan tidak bertentangan dengan aturan-aturan pokok yang telah kita warisi secara turun-temurun dari nenek-moyang dahulunya. Sebagai contoh kita kemukakan beberapapepatah-petitih, mamang, bidal, Adat yang telah diadatkan oleh nenek moyang tersebut diatas seperti :
Abih sandiang dek Bageso, Abih miyang dek bagisiah.
Artinya nenek-moyang melalui pepatah ini melarang sekali-kali jangan bergaul bebas antara dua jenis yang berbeda sebelum nikah (setelah Islam) atau kawin (sebelum Islam).

- Untuk terlaksananya ketentuan larangan ini oleh anggota masyarakat, maka pemimpin-pemimpin adat di suatu nagari bermusyawarah untuk mufakat dengan hasil mufakat bulat. Dilarang bagi kaum wanita remaja keluar malam setelah jam delapan, kecuali ditemani oleh orang tuanya. Peraturan ini hanya berlaku di nagari tersebut saja, belum tentu tidak berlaku pada nagari lainnya. (disebut juga Adat Salingka nagari).

lain nagari lain adatnyo, lain padang lain belalangnyo,
lain lubuak lain ikannyo.


- Setiap perkawinan kaidah pokok dari nenek-moyang


ayam putiah tabang siang, basuluah matohari,
bagalanggang mato rang banyak, datang bajapuik pai baanta,
arak sapanjang labuah, iriang sapanjang jalan.


Untuk pelaksanaan aturan pokok tentang perkawinan ini, maka nagari-nagari penghulunya membuat peraturan pelaksanaan melalui musyawarah mufakat. Ada dengan ketentuan ada nagari yang membuat keputusan pelaksanaan jemput antar disiang hari, ada pula dimalam hari dengan mengutamakan seluruh masyarakat mengetahui bahwa sipolan dengan sipolin telah nikah. Ada pula keputusan penghulu disuatu nagari yang membuat peraturan seperti : Kedua marapulai diarak dengan pakaian yang diatur pula dengan musyawarah. Aturan Adat ini belum tentu sama dengan aturan nagari lainnya.

b. Begitupun peresmian SAKO(gelar pusaka) kaum atau penghulu, ada nagari yang memotong kerbau, ada banteng, ada kambing, ada dengan membayar uang adat kenagari yang bersangkutan. Semuanya adalah aturan pelaksanaan dari peresmian satu gelar pusaka kaum (Sako) yang diambil keputusannya melalui musyawarah mufakat. dan lain sebagainya.

Lain lubuak lain ikannyo, lain padang lain balalangnyo.


4. Adat Istiadat
1. Adat Istiadat adalah peraturan-peraturan yang juga dibuat oleh penghulu-penghulu disuatu nagari melalui musyawarah mufakat sehubungan dengan sehubungan dengan KESUKAAN anak nagari seperti kesenian, olah raga, pencak silat randai, talempong, pakaian laki-laki, pakaian wanita, barang-barang bawaan kerumah mempelai, begitupun helat jamu meresmikan S a k o itu tadi. Begitu pula Marawa, ubur-ubur, tanggo, gabah-gabah, pelamina dan sebagainya yang berbeda-beda disetiap nagari. Juga berlaku pepatah yang berbunyi :

Lain lubuak lain ikannyo, lain padang lain balalangnyo,
lain nagari lain adatnyo (Istiadatnya) .


2. Kedua jenis adat nan teradat dan Adat Istiadat tersebut adalah peraturan pelaksanaan dari aturan-aturan pokok yang telah diciptakan oleh nenek-moyang, dimana dua macam jenis huruf c dan d Adat nan babuhua sentak artinya : aturan Adat yang dapat dirobah, dikurangi, ditambah dengan melalui musyawarah mufakat dan selama tidak bertentangan dengan pokok hukum yang telah dituangkan dalam pepatah-petitiah ciptaan nenek-moyang (kato Pusako) Adat.

Namun keempat jenis Adat tersebut merupakan suatu kesatuan yang tak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, secara utuh disebut ( ADAT ISTIADAT MINANGKABAU ).

Situjuah Banda Dalam, Nagari Prorakyat di Sumbar Dulu Gagas Jamsosnag, Kini Urus 400 KK Miskin

Posted by Unknown 06.56, under | No comments

      Inovasi tiada henti. Itulah yang dilakukan Pemerintah Nagari Situjuah Banda Dalam. Setelah mendirikan gedung megah untuk melayani rakyat dan meluncurkan program Jaminan Sosial Nagari. Pemerintah Situjuah Banda Dalam, kini sibuk mengurus nasib 400 keluarga miskin. Seperti apa terobosan yang dibuat?


Sedikit bicara, banyak bekerja. Itulah sosok Benny Bhala Tamon, 48, Wali Nagari Situjuah Banda Dalam, Kecamatan Situjuah Limo Nagari, Kabupaten Limapuluh Kota. Terlepas dari segala proses hidup yang pernah dilalui, semangat Benny dalam mengurus 4.365 jiwa rakyatnya, masih tetap menyala.


Benny, tokoh yang melambungkan nama Kabupaten Limapuluh Kota di pentas nasional lewat program Jaminan Sosial Nagari itu, terlihat masih memegang ilmu tentang bangsa-bangsa besar di dunia yang pernah diajarkan Rhenald Kasali, Guru Besar Manajemen, Universitas Indonesia, untuk kita semua.


Tentu Anda ingin tahu, apa ilmu yang diajarkan Rhenald Kasali buat kita? Menurut Rhenald Kasali, bangsa-bangsa besar adalah bangsa yang mampu keluar dari belenggu pergunjingan. Bangsa-bangsa besar tidak suka mendramatisir permasalahan.


Bangsa-banga besar selalu fokus terhadap encouragement atau solusi. Bangsa-bangsa besar menghormati segala proses dan dinamika hidup untuk perubahan lebih baik. Hal itupula yang diterapkan Benny Bhala Tamon, dalam kesehariannyaa memimpin Nagari Situjuah Banda Dalam.


Ya, Benny berupaya melepas segenap warganya dari sikap mendramatisir permasalahan. Maka jangan heran, ketika banyak pihak ramai-ramai memojokkan pemerintah, karena tidak mampu memberi akses kesehatan dan pendidikan buat warga miskin, Benny tidak mau terjebak dengan suasana tersebut.


Pria kelahiran 6 Juni 1963 itu, berupaya mencari solusi. Hasilnya, sejak tahun 2008 lalu, Benny berhasil merancang Peraturan Nagari tentang Jaminan Sosial Nagari (Jamsosnag). Dalam peraturan ini, setiap kepala keluarga yang tinggal di Situjuah Banda Dalam, wajib membayar iyuran sebanyak Rp 10 Ribu tiap bulan.


Iyuran tersebut, dapat dibayar melalui perangkat nagari. Setelah iyuran terkumpul, uangnya akan dikucurkan kepada masyarakat yang dirawat selamat tujuh hari di rumah sakit, masyarakat yang mengalami kecelakaan, memerlukan biaya operasi sedang ke atas, dan untuk ibu hamil yang melahirkan.


Pemberian biaya iyuran ini dapat dilakukan, jika masyarakat belum menjadi anggota Jamkesmas atau Jamkesda. Sementara bagi masyarakat yang pegawai negeri sipil dan mempunyai kartu Askes, maka saat dirawat di rumah sakit umum, Jamsonag hanya memberi bantuan 50 persen untuk biaya operasi.


Selain dikucurkan untuk warga yang jatuh sakit, iyuran Jamsosnag juga dirancang Benny Bhala Tamon, untuk membantu pemberian makanan tambahan bagi anak-anak yang menderita gizi buruk dan membantu biaya pendidikan anak-anak tak mampu dari jenjang SD sampai perguruan tinggi.


Kini, konsep Jamsosnag yang dirancang Situjuah Banda Dalam, telah diadopsi Pemkab Limapuluh Kota dengan nama Jamkesnag. Sehingga, kabupaten ini mulai menjadi percontohan di tingkat nasional. Terakhir kali, Bupati Belitung Timur, Basuri, sengaja datang ke Limapuluh Kota untuk belajar soal Jamkesnag.


Tidak itu saja, spirit Jamsosnag yang digagas Benny BhalaTamon dari Situjuah Banda Dalam juga terlihat melampaui zaman. Buktinya, pemerintah pusat baru sekarang memikirkan biaya persalinan untuk ibu hamil, melalui program Jaminan Persalinan (Jampersal). Sedangkan, Benny telah memikirkan sejak 2008 silam. Hebat, bukan?


Urus 400 KK Miskin
Kini, Benny tidak mau larut dalam euforia kesukesan Jamsosnag. Sebaliknya, program Jamsosnag akan terus dievaluasi agar berjalan lebih baik. Ia juga tidak ingin lumat dalam dinamika hidup. Benny bertekad menyelesaikan masa jabatan dengan gemilang. Setelah itu, Benny akan berjuang dengan wadah lain.


Kini, Benny bersama Kepala Jorong Padangambacang Sukasiah, Kepala Jorong Talaweh Mardi, Kepala Jorong Tangahpadang Nofrizal Mas, Kepala Jorong Kotobaru Jufriadi, Kepala Jorong Subarangtabek Y Datuak Bandaro Kayu, Kepala Jorong Gurun Safri J, dan Kepala Jorong Sungaijiolatang Edesril, sedang fokus mengentaskan kemiskinan.


Setelah dilakukan pendataan ulang, di Situjuah Banda Dalam terdapat 400 kepala keluarga miskin. Data ini sudah valid dari sebelumnya. Untuk menanggulangi kemiskinan tersebut, Benny akan berkoordinasi dengan Ketua Bamus Z Datuak Gayur dan Ketua LPM Fachri Karimin.


“Kita akan lakukan penanggulangan kemiskinan secara bertahap. Untuk itu, kita akan berupa berikan pancing, bukan berikan ikan,” kata Benny didampingi Seknag Situjuah Banda Dalam Khayulifda, Kaur Pembangunan Syafrin ST Malelo, Kaur Pemerintah Efri Joni, Kaur Keuangan Leli Aryati dan staf nagari Lismaidar.


Pancing yang dimaksud Benny, tentu adalah modal usaha atau alat untuk melepas kemiskinan. Untuk itu, setiap bantuan atau program yang masuk ke Situjuah Banda Dalam, akan diarahkan buat warga miskin, sehingga lebih tepat sasaran.


“Kalau ada bantuan dari pemerintah pusat, provinsi maupun kabupaten, kita minta lewat nagari. Sehingga, bisa dipertanggungjawabkan, dengan mengikat kelompok di atas materai. Kalau tidak seperti ini, terus terang saja, setiap bantuan ditolak untuk masuk Situjuah Banda Dalam,” ujar Benny.


Selain itu, Benny terus meningkatkan infrastruktur di Situjuah Banda Dalam. Awal Oktober ini, Benny berhasil melobby pemerintah pusat dan petinggi Partai Demokrat, untuk mengucurkan Program Pembangunan Infrastrukrur Pedesaan (PPIP). Hasilnya, Benny dapat dua proyek untuk kampungnya, dengan total Rp500 juta.


“Alhamdulillah, kita bersyukur. Kita berharap, ke depan, akan lebih terjalin hubungan yang harmonis antara pemerintah kabupaten dengan pemerintah nagari, agar terjalin kerjasama dengan misi menyatukan persepsi,” ungkap Benny yang masih didukung dan dicintai rakyatnya. (Padang Ekspres )

Sejarah Agama islam di Indonesia | Kerajaan Mataram

Posted by Unknown 06.49, under | 1 comment

 Artikel sejarah islam.  Kerajaan mataram berdiri pada tahun 1582. pusat kerajaan ini terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Para raja yang pernah memerintah di Kerajaan mataram yaitu penembahan senopati (1584 – 1601), panembahan Seda Krapyak (1601 – 1677).
Dalam sejarah islam, Kesultanan mataram memiliki peran yang cukup penting dalam perjalanan secara kerajaan-kerajaan islam di Nusantara (indonesia). Hal ini terlihat dari semangat raja-raja untuk memperluas daerah kekuasaan dan mengislamkan para penduduk daerah kekuasaannya, keterlibatan para pemuka agama, hingga pengembangan kebudayaan yang bercorak islam di jawa.
Pada awalnya daerah mataram dikuasai kesultanan pajang sebagai balas jasa atas perjuangan dalam mengalahkan Arya Penangsang. Sultan Hadiwijaya menghadiahkan daerah mataram kepada Ki Ageng Pemanahan. Selanjutnya, oleh ki Ageng Pemanahan Mataram dibangun sebagai tempat permukiman baru dan persawahan.
Akan tetapi, kehadirannya di daerah ini dan usaha pembangunannya mendapat berbagai jenis tanggapan dari para penguasa setempat. Misalnya, Ki Ageng Giring yang berasal dari wangsa Kajoran secara terang-terangan menentang kehadirannya. Begitu pula ki Ageng tembayat dan Ki Ageng Mangir. Namun masih ada yang menerima kehadirannya, misalnya ki Ageng Karanglo. Meskipun demikian, tanggapan dan sambutan yang beraneka itu tidak mengubah pendirian Ki Ageng Pemanahan untuk melanjutkan pembangunan daerah itu. ia membangun pusat kekuatan di plered dan menyiapkan strategi untuk menundukkan para penguasa yang menentang kehadirannya.
Pada tahun 1575, Pemahanan meninggal dunia. Ia digantikan oleh putranya, Danang Sutawijaya atau Pangeran Ngabehi Loring Pasar. Di samping bertekad melanjutkan mimpi ayahandanya, ia pun bercita-cita membebaskan diri dari kekuasaan pajang. Sehingga, hubungan antara mataram dengan pajang pun memburuk.
Hubungan yang tegang antara sutawijaya dan kesultanan Pajang akhirnya menimbulkan peperangan. Dalam peperangan ini, kesultanan pajang mengalami kekalahan. Setelah penguasa pajak yakni hadiwijaya meninggal dunia (1587), Sutawijaya mengangkat dirinya menjadi raja Mataram dengan gelar penembahan Senopati Ing Alaga. Ia mulai membangun kerajaannya dan memindahkan senopati pusat pemerintahan ke Kotagede. Untuk memperluas daerah kekuasaanya, penembahan senopati melancarkan serangan-serangan ke daerah sekitar. Misalnya dengan menaklukkan Ki Ageng Mangir dan Ki Ageng Giring.
sejarah islam
panembahan senopati
Sebagai raja islam yang baru, panembahan senopati melaksanakan penaklukkan-penaklukan itu untuk mewujudkan gagasannya bahwa mataram harus menjadi pusat budaya dan agama islam, untuk menggantikan atau melanjutkan kesultanan demak. Disebutkan pula dalam cerita babad bahwa cita-cita itu berasal dari wangsit yang diterimanya dari Lipura (desa yang terletak di sebelah barat daya Yogyakarta). Wangsit datang setelah mimpi dan pertemuan senopati dengan penguasa laut selatan, Nyi Roro Kidul, ketika ia bersemedi di Parangtritis dan Gua Langse di Selatan Yogyakarta. Dari pertemuan itu disebutkan bahwa kelak ia akan menguasai seluruh tanah jawa.
Sistem pemerintahan yang dianut Kerajaan mataram islam adalah sistem Dewa-Raja. Artinya pusat kekuasaan tertinggi dan mutlak adaa pada diri sulta. Seorang sultan atau raja sering digambarkan memiliki sifat keramat, yang kebijaksanaannya terpacar dari kejernihan air muka dan kewibawannya yang tiada tara. Raja menampakkan diri pada rakyat sekali seminggu di alun-alun istana.
Selain sultan, pejabat penting lainnya adalah kaum priayi yang merupakan penghubung antara raja dan rakyat. Selain itu ada pula panglima perang yang bergelar Kusumadayu, serta perwira rendahan atau Yudanegara. Pejabat lainnya adalah Sasranegara, pejabat administrasi.
Dengan sistem pemerintahan seperti itu, Panembahan senopati terus-menerus memperkuat pengaruh mataram dalam berbagai bidang sampai ia meninggal pada tahun 1601. ia digantikan oleh putranya, Mas Jolang atau Penembahan Seda ing Krapyak (1601 – 1613).
Peran mas Jolang tidak banyak yang menarik untuk dicatat. Setelah mas jolang meninggal, ia digantikan oleh Mas Rangsang (1613 – 1645). Pada masa pemerintahannyalah Mataram mearik kejayaan. Baik dalam bidang perluasan daerah kekuasaan, maupun agama dan kebudayaan.
Pangeran Jatmiko atau Mas Rangsang Menjadi raja mataram ketiga. Ia mendapat nama gelar Agung Hanyakrakusuma selama masa kekuasaan, Agung Hanyakrakusuma berhasil membawa Mataram ke puncak kejayaan dengan pusat pemerintahan di Yogyakarta.
Gelar “sultan” yang disandang oleh Sultan Agung menunjukkan bahwa ia mempunyai kelebihan dari raja-raja sebelumnya, yaitu panembahan Senopati dan Panembahan Seda Ing Krapyak. Ia dinobatkan sebagai raja pada tahun 1613 pada umur sekitar 20 tahun, dengan gelar “Panembahan”. Pada tahun 1624, gelar “Panembahan” diganti menjadi “Susuhunan” atau “Sunan”.
Pada tahun 1641, Agung Hanyakrakusuma menerima pengakuan dari Mekah sebagai sultan, kemudian mengambil gelar selengkapnya Sultan Agung Hanyakrakusuma Senopati Ing Alaga Ngabdurrahman.
Karena cita-cita Sultan Agung untuk memerintah seluruh pulau jawa, kerajaan Mataram pun terlibat dalam perang yang berkepanjangan baik dengan penguasa-penguasa daerah, maupun dengan kompeni VOC yang mengincar pulau Jawa.
Pada tahun 1614, sultan agung mempersatukan kediri, pasuruan, lumajang, dan malang. Pada tahun 1615, kekuatan tentara mataram lebih difokuskan ke daerah wirasaba, tempat yang sangat strategis untuk menghadapi jawa timur. Daerah ini pun berhasil ditaklukkan. pada tahun 1616, terjadi pertempuran antara tentara mataram dan tentara surabaya, pasuruan, Tuban, Jepara, wirasaba, Arosbaya dan Sumenep. Peperangan ini dapat dimenangi oleh tentara mataram, dan merupakan kunci kemenangan untuk masa selanjutnya. Di tahun yang sama Lasem menyerah. Tahun 1619, tuban dan Pasuruan dapat dipersatukan. Selanjutnya mataram berhadapan langsung dengan Surabaya. Untuk menghadapi surabaya, mataram melakukan strategi mengepung, yaitu lebih dahulu menggempur daerah-daerah pedalaman seperti Sukadana (1622) dan Madura (1624). Akhirnya, Surabaya dapat dikuasai pada tahun 1625.
Dengan penaklukan-penaklukan tersebut, Mataram menjadi kerajaan yang sangat kuat secara militer. Pada tahun, 1627, seluruh pulau jawa kecuali kesultanan Banten dan wilayah kekuasaan kompeni VOC di Batavia ttelah berhasil dipersatukan di bawah mataram. Sukses besar tersebut menumbuhkan kepercayaan diri sultan agung untuk menantang kompeni yang masih bercongkol di Batavia. Maka, pada tahun 1628, Mataram mempersiapkan pasukan di bawah pimpinan Tumengggung Baureksa dan Tumenggung Sura Agul-agul, untuk menggempur batavia.
Sayang sekali, karena kuatnya pertahanan Belanda, serangan ini gagal, bahkan tumengggung Baureksa gugur. Kegagalan tersebut menyebabkan matara bersemangat menyusun kekuatan yang lebih terlatih, dengan persiapan yang lebih matang. Maka pada pada 1629, pasukan Sultan Agung kembali menyerbu Batavia. Kali ini, ki ageng Juminah, Ki Ageng Purbaya, ki Ageng Puger adalah para pimpinannya. Penyerbuan dilancarkan terhadap benteng Hollandia, Bommel, dan weesp. Akan tetapi serangan ini kembali dapat dipatahkan, hingga menyebabkan pasukan mataram ditarik mundur pada tahun itu juga. Selanjutnya, serangan mataram diarahkan ke blambangan yang dapat diintegrasikan pada tahun 1639.
Di luar peranan politik dan militer, Sultan Agung dikenal sebagai penguasa yang besar perhatiannya terhadap perkembangan islam di tanah jawa. Ia adalah pemimpin yang taat beragama, sehingga banyak memperoleh simpati dari kalangan ulama. Secara teratur, ia pergi ke masjid, dan para pembesar diharuskan mengikutinya. Untuk memperkuat suasana keagamaan, tradisi khitan, memendekkan rambut bagi pria, dan mengenakan tutup kepala berwarna putih, dinyatakan sebagai syariat yang harus ditaati.
Bagi Sultan Agung, Kerajaan Mataram adalah kerajaan islam yang mengemban amanat Tuhan di tanah jawa. Oleh sebab itu, struktur serta jabatan kepenghuluan dibangun dalam sistem kekuasaan kerajaan. Tradisi kekuasaan seperti sholat jumat di masjid, grebeg ramadan, dan upaya pengamanalan syariat islam merupakan bagian tak terpisahkan dari tatanan istana.
Sultan agung juga berprediksi sebagai pujangga. Karyanya yang terkenal yaitu kitab Serat Sastra Gendhing. Adapun kita serat Nitipraja digubahnya pada tahun 1641 M. Serat sastra Gendhing berisi tetang budi pekerti luhur dan keselarasan lahir batin. Serat Nitipraja berisi tata aturan moral, agar tatanan masyarakat dan negara dapat menjadi harmonis. Selain menulis, Sultan Agung juga memerintahkan para pujangga kraton untuk menulis sejarah babad tanah jawi.
Di antara semua karyanya , peran sultan agung yang lebih membawa pengaruh luas adalah dalam penanggalan. Sultan agung memadukan tradisi pesantren islam dengan tradisi kejawen dalam perhitungan tahun. Masyarakat pesantren biasa menggunakan tahun hijriah, masyarakat kejawen menggunakan tahun Caka atau saka. Pada tahun 1633, Sultan Agung berhasil menyusun dan mengumumkan berlakunya sistem perhitungan tahun yang baru bagi seluruh mataram. Perhitungan itu hampir seluruhnya disesuaikan dengan tahun hijriah, berdasarkan perhitungan bulan. Namun, awal perhitungan tahun jawa ini tetap sama dengan tahun saka, yaitu 78 m. Kesatuan perhitungan tahun sangat penting bagi penulisan serat babad. Perubahan perhitungan itu merupakan sumbangan yang sangat penting bagi perkembangan proses pengislaman tradisi dan kebudayaan jawa yang sudah terjadi sejak berdirinya kerajaan demak. Hingga saat ini, sistem penanggalan ala sultan Agung ini masih banyak digunakan.
Sejak masa sebelum sultan Agung pembangunan non-militer memang telah dilakukan. Satu yang layak disebut, panembahan Senopati menyempurnakan bentuk wayang dengan tatanan gempuran. Setelah zaman senopati, mas jolang juga berjasa dalam kebudayaan, dengan berusaha menyusun sejarah negeri demak, serta menulis beberapa kitap suluk. Misalnya Sulu Wujil (1607 M) yang berisi wejangan Sunan bonang kepada abdi raja majapahit yang bernama Wujil. Pangeran Karanggayam juga menggubah Serat Nitisruti (1612 m) pada masa mas jolang.
Menjelang akhir hayatnya. Sultan Agung menerapkan peraturan yang bertujuan mencegah perebutan tahta, antara keluarga raja dan putra mahkota. Di bawah kepemimpinan Sultan Agung, Mataram tidak hanya menjadi pusat kekuasaan, tapi juga menjadi pusat penyebaran islam.
Sultan Agung meninggal pada Februari 1646. ia dimakamkan di puncak Bukit Imogiri, Bantul ,Yogyakarta. Selanjutnya, Mataram diperintah oleh putranya, Sunan Tegalwangi, dengan gelar Amangkurat I ( 1646 – 1677). Dalam masa pemerintahan Amangkurat I, kerajaan mataram mulai mundur. Wilayah kekuasaan mataram berangsur-angusr menyempit karena direbut oleh kompeni VOC. Yang paling mengenaskan, pada tahun 1675, Rade Trunajaya dari Madura memberontak. Pemberontakannya demikian tak terbendung, sampai-sampai Trunajaya berhasil menguasai keraton Mataram yang waktu itu teletak di Plered. Amangkurat terlunta-lunta mengungsi, dan akhirnya meninggal di Tegal.
Sepeninggal Amangkurat I, Mataram dipegang oleh Amangkurat II yang menurunkan Dinasti Paku Buwana di Solo dan Hamengku Buwana di Yogyakarta. Amangkurat II meminta bantuan VOC untuk memadamkan pemberontakan Trunajaya.
Setelah berakhirnya Perang Giyanti (1755), wilayah kekuasaan mataram semakin terpecah belah. Berdasarkan perjanjian giyanti, mataram dipecah menjadi dua, yakni mataram sukrakarta dan mataram yogyakarta. Pada tahun 1757 dan 1813, perpecahan terjadi lagi dengan munculnya Mangkunegara dan pakualaman. Di masa pemerintahan Hindia Belanda, keempat pecahan kerajaan mataram ini disebut sebagai vorstenlanden.
Saat ini, keempat pecahan Kesultanan Mataram tersebut masih melanjutkan dinasti masing-masing. Bahkan peran dan pengaruh pecahan mataram tersebut, terutama kesultanan Yogyakarta masih cukup besar dan diakui masyarakat.
Itulah artikel  sejarah agama islam di kerajaan mataram, semoga artikel di atas bisa bermanfaat bagi kamu, khususnya dalam menambah wawasan mengenai sejarah islam di Indonesia
sumber  : Buku Kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara, M. Hariwijaya, S. S., M.S.i.

Tokoh dan Pahlawan Nasional dari Minang

Posted by Unknown 05.04, under | No comments

     pahlawan Nasional, Negarawan, politikus, diplomat, Ulama, Ilmuwan, budayawan, sastrawan, Pendidik, Akademisi, Pengusaha, bankir ,Seniman, Selebriti, Aktivis, Artis, Ekonom, Militer, Pebisnis, Penulis, Produser, Wartawan dll yang berasal dari Minang/MinangKabau/Sumatra Barat.

Pahlawan Nasional

Negarawan, politikus, diplomat

Ulama

Ilmuwan, budayawan, sastrawan

Pendidik, Akademisi

Pengusaha, bankir dan sejenisnya

Seniman

Selebriti

Akademisi

Aktivis

Artis

Ekonom

Militer

Pebisnis

Penulis

Politikus

Produser

Seniman

Ulama

Wartawan

Negarawan, pahlawan nasional, politikus, diplomat

Ulama

Ilmuwan, budayawan, sastrawan

Pendidik, Akademisi

Pengusaha, bankir dan sejenisnya

Seniman

Selebriti

---------end-----------
Kalau ada yang salah atau Lupa kasih tau yah
sumber: Wikipedia, cimbuak, wapedia dll