Inovasi tiada henti. Itulah yang dilakukan Pemerintah Nagari Situjuah
Banda Dalam. Setelah mendirikan gedung megah untuk melayani rakyat dan
meluncurkan program Jaminan Sosial Nagari. Pemerintah Situjuah Banda
Dalam, kini sibuk mengurus nasib 400 keluarga miskin. Seperti apa
terobosan yang dibuat?
Sedikit bicara, banyak bekerja. Itulah sosok Benny Bhala Tamon, 48, Wali Nagari Situjuah Banda Dalam, Kecamatan Situjuah Limo Nagari, Kabupaten Limapuluh Kota. Terlepas dari segala proses hidup yang pernah dilalui, semangat Benny dalam mengurus 4.365 jiwa rakyatnya, masih tetap menyala.
Benny, tokoh yang melambungkan nama Kabupaten Limapuluh Kota di pentas nasional lewat program Jaminan Sosial Nagari itu, terlihat masih memegang ilmu tentang bangsa-bangsa besar di dunia yang pernah diajarkan Rhenald Kasali, Guru Besar Manajemen, Universitas Indonesia, untuk kita semua.
Tentu Anda ingin tahu, apa ilmu yang diajarkan Rhenald Kasali buat kita? Menurut Rhenald Kasali, bangsa-bangsa besar adalah bangsa yang mampu keluar dari belenggu pergunjingan. Bangsa-bangsa besar tidak suka mendramatisir permasalahan.
Bangsa-banga besar selalu fokus terhadap encouragement atau solusi. Bangsa-bangsa besar menghormati segala proses dan dinamika hidup untuk perubahan lebih baik. Hal itupula yang diterapkan Benny Bhala Tamon, dalam kesehariannyaa memimpin Nagari Situjuah Banda Dalam.
Ya, Benny berupaya melepas segenap warganya dari sikap mendramatisir permasalahan. Maka jangan heran, ketika banyak pihak ramai-ramai memojokkan pemerintah, karena tidak mampu memberi akses kesehatan dan pendidikan buat warga miskin, Benny tidak mau terjebak dengan suasana tersebut.
Pria kelahiran 6 Juni 1963 itu, berupaya mencari solusi. Hasilnya, sejak tahun 2008 lalu, Benny berhasil merancang Peraturan Nagari tentang Jaminan Sosial Nagari (Jamsosnag). Dalam peraturan ini, setiap kepala keluarga yang tinggal di Situjuah Banda Dalam, wajib membayar iyuran sebanyak Rp 10 Ribu tiap bulan.
Iyuran tersebut, dapat dibayar melalui perangkat nagari. Setelah iyuran terkumpul, uangnya akan dikucurkan kepada masyarakat yang dirawat selamat tujuh hari di rumah sakit, masyarakat yang mengalami kecelakaan, memerlukan biaya operasi sedang ke atas, dan untuk ibu hamil yang melahirkan.
Pemberian biaya iyuran ini dapat dilakukan, jika masyarakat belum menjadi anggota Jamkesmas atau Jamkesda. Sementara bagi masyarakat yang pegawai negeri sipil dan mempunyai kartu Askes, maka saat dirawat di rumah sakit umum, Jamsonag hanya memberi bantuan 50 persen untuk biaya operasi.
Selain dikucurkan untuk warga yang jatuh sakit, iyuran Jamsosnag juga dirancang Benny Bhala Tamon, untuk membantu pemberian makanan tambahan bagi anak-anak yang menderita gizi buruk dan membantu biaya pendidikan anak-anak tak mampu dari jenjang SD sampai perguruan tinggi.
Kini, konsep Jamsosnag yang dirancang Situjuah Banda Dalam, telah diadopsi Pemkab Limapuluh Kota dengan nama Jamkesnag. Sehingga, kabupaten ini mulai menjadi percontohan di tingkat nasional. Terakhir kali, Bupati Belitung Timur, Basuri, sengaja datang ke Limapuluh Kota untuk belajar soal Jamkesnag.
Tidak itu saja, spirit Jamsosnag yang digagas Benny BhalaTamon dari Situjuah Banda Dalam juga terlihat melampaui zaman. Buktinya, pemerintah pusat baru sekarang memikirkan biaya persalinan untuk ibu hamil, melalui program Jaminan Persalinan (Jampersal). Sedangkan, Benny telah memikirkan sejak 2008 silam. Hebat, bukan?
Urus 400 KK Miskin
Kini, Benny tidak mau larut dalam euforia kesukesan Jamsosnag. Sebaliknya, program Jamsosnag akan terus dievaluasi agar berjalan lebih baik. Ia juga tidak ingin lumat dalam dinamika hidup. Benny bertekad menyelesaikan masa jabatan dengan gemilang. Setelah itu, Benny akan berjuang dengan wadah lain.
Kini, Benny bersama Kepala Jorong Padangambacang Sukasiah, Kepala Jorong Talaweh Mardi, Kepala Jorong Tangahpadang Nofrizal Mas, Kepala Jorong Kotobaru Jufriadi, Kepala Jorong Subarangtabek Y Datuak Bandaro Kayu, Kepala Jorong Gurun Safri J, dan Kepala Jorong Sungaijiolatang Edesril, sedang fokus mengentaskan kemiskinan.
Setelah dilakukan pendataan ulang, di Situjuah Banda Dalam terdapat 400 kepala keluarga miskin. Data ini sudah valid dari sebelumnya. Untuk menanggulangi kemiskinan tersebut, Benny akan berkoordinasi dengan Ketua Bamus Z Datuak Gayur dan Ketua LPM Fachri Karimin.
“Kita akan lakukan penanggulangan kemiskinan secara bertahap. Untuk itu, kita akan berupa berikan pancing, bukan berikan ikan,” kata Benny didampingi Seknag Situjuah Banda Dalam Khayulifda, Kaur Pembangunan Syafrin ST Malelo, Kaur Pemerintah Efri Joni, Kaur Keuangan Leli Aryati dan staf nagari Lismaidar.
Pancing yang dimaksud Benny, tentu adalah modal usaha atau alat untuk melepas kemiskinan. Untuk itu, setiap bantuan atau program yang masuk ke Situjuah Banda Dalam, akan diarahkan buat warga miskin, sehingga lebih tepat sasaran.
“Kalau ada bantuan dari pemerintah pusat, provinsi maupun kabupaten, kita minta lewat nagari. Sehingga, bisa dipertanggungjawabkan, dengan mengikat kelompok di atas materai. Kalau tidak seperti ini, terus terang saja, setiap bantuan ditolak untuk masuk Situjuah Banda Dalam,” ujar Benny.
Selain itu, Benny terus meningkatkan infrastruktur di Situjuah Banda Dalam. Awal Oktober ini, Benny berhasil melobby pemerintah pusat dan petinggi Partai Demokrat, untuk mengucurkan Program Pembangunan Infrastrukrur Pedesaan (PPIP). Hasilnya, Benny dapat dua proyek untuk kampungnya, dengan total Rp500 juta.
“Alhamdulillah, kita bersyukur. Kita berharap, ke depan, akan lebih terjalin hubungan yang harmonis antara pemerintah kabupaten dengan pemerintah nagari, agar terjalin kerjasama dengan misi menyatukan persepsi,” ungkap Benny yang masih didukung dan dicintai rakyatnya. (Padang Ekspres )
Sedikit bicara, banyak bekerja. Itulah sosok Benny Bhala Tamon, 48, Wali Nagari Situjuah Banda Dalam, Kecamatan Situjuah Limo Nagari, Kabupaten Limapuluh Kota. Terlepas dari segala proses hidup yang pernah dilalui, semangat Benny dalam mengurus 4.365 jiwa rakyatnya, masih tetap menyala.
Benny, tokoh yang melambungkan nama Kabupaten Limapuluh Kota di pentas nasional lewat program Jaminan Sosial Nagari itu, terlihat masih memegang ilmu tentang bangsa-bangsa besar di dunia yang pernah diajarkan Rhenald Kasali, Guru Besar Manajemen, Universitas Indonesia, untuk kita semua.
Tentu Anda ingin tahu, apa ilmu yang diajarkan Rhenald Kasali buat kita? Menurut Rhenald Kasali, bangsa-bangsa besar adalah bangsa yang mampu keluar dari belenggu pergunjingan. Bangsa-bangsa besar tidak suka mendramatisir permasalahan.
Bangsa-banga besar selalu fokus terhadap encouragement atau solusi. Bangsa-bangsa besar menghormati segala proses dan dinamika hidup untuk perubahan lebih baik. Hal itupula yang diterapkan Benny Bhala Tamon, dalam kesehariannyaa memimpin Nagari Situjuah Banda Dalam.
Ya, Benny berupaya melepas segenap warganya dari sikap mendramatisir permasalahan. Maka jangan heran, ketika banyak pihak ramai-ramai memojokkan pemerintah, karena tidak mampu memberi akses kesehatan dan pendidikan buat warga miskin, Benny tidak mau terjebak dengan suasana tersebut.
Pria kelahiran 6 Juni 1963 itu, berupaya mencari solusi. Hasilnya, sejak tahun 2008 lalu, Benny berhasil merancang Peraturan Nagari tentang Jaminan Sosial Nagari (Jamsosnag). Dalam peraturan ini, setiap kepala keluarga yang tinggal di Situjuah Banda Dalam, wajib membayar iyuran sebanyak Rp 10 Ribu tiap bulan.
Iyuran tersebut, dapat dibayar melalui perangkat nagari. Setelah iyuran terkumpul, uangnya akan dikucurkan kepada masyarakat yang dirawat selamat tujuh hari di rumah sakit, masyarakat yang mengalami kecelakaan, memerlukan biaya operasi sedang ke atas, dan untuk ibu hamil yang melahirkan.
Pemberian biaya iyuran ini dapat dilakukan, jika masyarakat belum menjadi anggota Jamkesmas atau Jamkesda. Sementara bagi masyarakat yang pegawai negeri sipil dan mempunyai kartu Askes, maka saat dirawat di rumah sakit umum, Jamsonag hanya memberi bantuan 50 persen untuk biaya operasi.
Selain dikucurkan untuk warga yang jatuh sakit, iyuran Jamsosnag juga dirancang Benny Bhala Tamon, untuk membantu pemberian makanan tambahan bagi anak-anak yang menderita gizi buruk dan membantu biaya pendidikan anak-anak tak mampu dari jenjang SD sampai perguruan tinggi.
Kini, konsep Jamsosnag yang dirancang Situjuah Banda Dalam, telah diadopsi Pemkab Limapuluh Kota dengan nama Jamkesnag. Sehingga, kabupaten ini mulai menjadi percontohan di tingkat nasional. Terakhir kali, Bupati Belitung Timur, Basuri, sengaja datang ke Limapuluh Kota untuk belajar soal Jamkesnag.
Tidak itu saja, spirit Jamsosnag yang digagas Benny BhalaTamon dari Situjuah Banda Dalam juga terlihat melampaui zaman. Buktinya, pemerintah pusat baru sekarang memikirkan biaya persalinan untuk ibu hamil, melalui program Jaminan Persalinan (Jampersal). Sedangkan, Benny telah memikirkan sejak 2008 silam. Hebat, bukan?
Urus 400 KK Miskin
Kini, Benny tidak mau larut dalam euforia kesukesan Jamsosnag. Sebaliknya, program Jamsosnag akan terus dievaluasi agar berjalan lebih baik. Ia juga tidak ingin lumat dalam dinamika hidup. Benny bertekad menyelesaikan masa jabatan dengan gemilang. Setelah itu, Benny akan berjuang dengan wadah lain.
Kini, Benny bersama Kepala Jorong Padangambacang Sukasiah, Kepala Jorong Talaweh Mardi, Kepala Jorong Tangahpadang Nofrizal Mas, Kepala Jorong Kotobaru Jufriadi, Kepala Jorong Subarangtabek Y Datuak Bandaro Kayu, Kepala Jorong Gurun Safri J, dan Kepala Jorong Sungaijiolatang Edesril, sedang fokus mengentaskan kemiskinan.
Setelah dilakukan pendataan ulang, di Situjuah Banda Dalam terdapat 400 kepala keluarga miskin. Data ini sudah valid dari sebelumnya. Untuk menanggulangi kemiskinan tersebut, Benny akan berkoordinasi dengan Ketua Bamus Z Datuak Gayur dan Ketua LPM Fachri Karimin.
“Kita akan lakukan penanggulangan kemiskinan secara bertahap. Untuk itu, kita akan berupa berikan pancing, bukan berikan ikan,” kata Benny didampingi Seknag Situjuah Banda Dalam Khayulifda, Kaur Pembangunan Syafrin ST Malelo, Kaur Pemerintah Efri Joni, Kaur Keuangan Leli Aryati dan staf nagari Lismaidar.
Pancing yang dimaksud Benny, tentu adalah modal usaha atau alat untuk melepas kemiskinan. Untuk itu, setiap bantuan atau program yang masuk ke Situjuah Banda Dalam, akan diarahkan buat warga miskin, sehingga lebih tepat sasaran.
“Kalau ada bantuan dari pemerintah pusat, provinsi maupun kabupaten, kita minta lewat nagari. Sehingga, bisa dipertanggungjawabkan, dengan mengikat kelompok di atas materai. Kalau tidak seperti ini, terus terang saja, setiap bantuan ditolak untuk masuk Situjuah Banda Dalam,” ujar Benny.
Selain itu, Benny terus meningkatkan infrastruktur di Situjuah Banda Dalam. Awal Oktober ini, Benny berhasil melobby pemerintah pusat dan petinggi Partai Demokrat, untuk mengucurkan Program Pembangunan Infrastrukrur Pedesaan (PPIP). Hasilnya, Benny dapat dua proyek untuk kampungnya, dengan total Rp500 juta.
“Alhamdulillah, kita bersyukur. Kita berharap, ke depan, akan lebih terjalin hubungan yang harmonis antara pemerintah kabupaten dengan pemerintah nagari, agar terjalin kerjasama dengan misi menyatukan persepsi,” ungkap Benny yang masih didukung dan dicintai rakyatnya. (Padang Ekspres )